Senin, 29 April 2013

FARMAKOLOGI ANTIEMETIK



OBAT ANTIEMETIK

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Farmakologi


Oleh

ANIS FADILAH
12621254
1B KEBIDANAN

Prodi D-3 Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2013




BAB 1
PENDAHULUAN

A.       DEFINISI ANTIEMETIK
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktifitas refleks muntah menggunakan satu dari dua cara: secara lokal, untuk mengurangi respons lokal terhadap stimulus yang dikirim ke medula guna memicu terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk menghambat CTZ secara langsung atau menekan pusat muntah. Antiemetik yang bekerja secara lokal dapat berupa anastid, anestesi lokal, adsorben, obat pelindung yang melapisi mukosa GI, atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi peregangan saluran GI. Agen ini sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan.
Antiemetik yang bekerja secara sentral terbagi atas beberapa kelompok: fenootiazin, nonfenotiazin, penyekat reseptor serotonin (5-HT3), antikolinergik/antihistamin, dan kelompok yang bermacam-macam. Dua jenis fenotiazin yang umum digunakan adalah proklorperazin (compazine) dan prometazin (phenergan) keduanya memiliki awitan yang cepat dan efek merugikan yang terbatas.
Agen lainnya adalah dronabinol (marinol), yang mengandung bahan aktif kanabis (mariyuana), hidroksizin (generik) yang dapat menekan area kortikol pada SSP dan trimetobenzamid (tigan), ini serupa dengan antihistamin dan tidak menimbulkan sedeasi. Trimetobenzamid sering kasli merupakan obat pilihan dalam kelompok ini karena tidak dikaitkan dengann sedadi yang berlebihan dan sepresi SSP. Obat ini tersedian dalam bentuk oral,parenteral,dan surositoria. Obat ini diabrsorpsi dengan cepat, di metabolisme dalam hati dan diekskresi melalui urine. Obat ini menembus plasenta dan menembus ASI, dan digunakan jika manfaatnya lebih besar pada ibu dari pada resiko potensial pada janin atau neonatus.
Hidroksizin digunakan untuk mual dan muntah sebelum dan sesudah pelahiran atau pembedahan obsterik. Obat ini diabsorpsi dengan cepat, dimetabolisme dalam hati dan diekskresi melalui urine. Obat ini tidak dikaitkan dengan masalah pada janin selama kehamilan dan diperkirakan tidak masuk  ke ASI. Sama halnya dengan semua jenis obat, kewaspadaan perlu digunakan selama kehamilan dan laktasi.
Dronabinol disetujui untuk penatalaksanaan mual dan muntah yang berkaitan dengan kemoterapi kanker jika pasien tidak berespons terhadap pengobatan lain. Mekanisme kerja obat ini masih belum diketahui dengan cepat. Obat ini merupakan zat yang dikendalikan kategori C-III, dan harus digunakan di bawah pengawasan ketat karena adanya kemungkinan perubahan status mental. Obat ini diabsobsi dengan mudah dan dimetabolisme dalam hati dengan ekskresi melalui empedu dan urine.
B.       Perfenazin (trilafon)
Sediaan :Tablet.
Kelompok Obat: Antipsikotik(antiemetik)
Mekanisme Kerja: Tidak begitu jelas, diduga menghambat reseptor dopamine pada mesokortikal-mesolimbik otak depan, nigrostriatal, dan sel mamotropi hipofise anterior.
Indikasi: Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai depresi, depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca operasi.
Kontraindikasi: Wanita hamil dan menyusui, depresi SSP atau koma, sindrom Reye, anak-anak, MCI. Hati-hati pemberian pada penyakit hati.
Efek samping: Pandangan kabur, salivasi, hidung tersumbat, sakit kepala, reaksi ekstrapiramidal, dikinesia tardif.
Interaksi Obat: Tidak boleh diberikan bersama penghambat MAO karena menimbulkan hiperpiretik krisis. Epinefrin tidak boleh diberikan bersama karena mengantagonis obat ini. Simetidin menurunkan metabolism perferazin. Paralitik ileus dapat terjadi bila digabung dengan obat antikolinergik.
Dosis
Skizofernia: dewasa: 8-32 mg/hari dosis terbagi.
Antiemetic: dewasa: oral: 4-6 x 2-4 mg/hari.
IM: 5 mg atau 10 mg






















BAB II
MEKANISME

C.  Farmakologi
Perfenazin merupakan obat anitiemetik yang paling sering diresepkan karena obat ini dapat diberikan peroral, intramuskular, dan per rektal.

D.  Farmakokinetika
Absorpsi bentuk padat oral dari perfenazin tidak menentu, tetapi bentuk cairnya lebih stabil dan laju absorpsinya lebih cepat. Presentase peningkatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui. Perfenazin dimetabolisme oleh hati dan mukosa gastrointestinal dan kebanyakan dari obat diekskresikan ke dalam urine.

E.  Farmakodinamik
Perfenazin menghambat dopamin pada CTZ, sehingga mengurangi perangsangan CTZ pada pusat muntah. Obat ini juga dipakai sebagai antipsikotik. Mula kerja dari perfenazin oral bervariasi dari 2 sampai 6 jam, dan lama kerjanya dari 6 sampai 12 jam. Mula kerja dari perferazin intravena dan intramuskular cepat, dan lama kerjanya sama dengan preparat oral.


BAB III
SPESIFIKASI OBAT

F.       Khasiat
Untuk Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai depresi, depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca operasi.

G.      Kategori keamanan untuk ibu hamil
Perfenazine menurut kategori spesifik menurut rute pemberiannya (rute administration atau ROA) adalah secara per oral. Dan keamanan obat dalam kehamilan masuk kedalam KATEGORI C yaitu studi terhadap binatang percobaan memperlihatkan adanya efek-efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau belum ada studi terkontrol pada wanita dan binatang percobaan. Obat hanya boleh digunakan jika besar manfaat yang diharapkan melebihi besar risiko terhadap janin. 

H.      Efek Samping
Efek samping antiemetik penotiazin adalah sedasi sedang, hipotensi gelaja
ekstrapirmidal, yang seperti perkinsonisme, efek SSP (kegelisahan, kelemahan, reaksi distonik, agitasi), dan gejala antikoligenik ringan (mulut kering, retensi air kemih,konstipasi). Karenan dosis obat ini untuk muntah lebih ringan daripada dosis psikosis, maka efek samping yang ditimbulkan juga tidak seberat bila dipakai untuk psikosis.


I.         Interaksi Obat dan Interaksi Makanan
Interaksi obat
                        Perfenazin berinteraksi dengan banyak obat. Jika perfenazin dipakai bersama alkohol, anthihipertensi, dan nitrat maka dapat terjadi hipotensi. Dapat pula terjadi bertambah beratnya depresi susunan saraf pusat (SSP) jika obat ni dipakai bersama dengan alkohol, narkotik, hipnotik-sedatif, dan anestetik umum. Efek antikoligenik akan menigkat jika perfenazin dikombinasikan dengan antihistamin, antikoligenik seperti atripin, dan fenotiazin lainnya. Hasil pemeriksaan laboraturium dapat menunjukkan penigkatan kadar enzim hati dan jantung, kolesterol dan gula darah dalam serum.

J.        Dosis
Dosis umum: 8-16 mg/hari PO dalam dosis terbagi; 5-10 mg IM untuk pengontrolan yang cepat, setiap 6 jam; 5 mg IV dalam dosis terbagi, secara perlahan.



DAFTAR PUSTAKA

Karch, Amy M. 2003. Buku Ajar Farmakologi Keperawatan. Jakarta: EGC
Kee, Joyce L, dan Evelyn R. Hayes.1996. Farmakologi. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar