OBAT
ANTIEMETIK
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Farmakologi
Oleh
ANIS
FADILAH
12621254
1B
KEBIDANAN
Prodi
D-3 Kebidanan
Fakultas
Ilmu Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Ponorogo
2013
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
DEFINISI
ANTIEMETIK
Antiemetik adalah obat-obatan yang
digunakan dalam penatalaksanaan mual dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja
dengan cara mengurangi hiperaktifitas refleks muntah menggunakan satu dari dua
cara: secara lokal, untuk mengurangi respons lokal terhadap stimulus yang
dikirim ke medula guna memicu terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk
menghambat CTZ secara langsung atau menekan pusat muntah. Antiemetik yang
bekerja secara lokal dapat berupa anastid, anestesi lokal, adsorben, obat
pelindung yang melapisi mukosa GI, atau obat yang mencegah distensi dan
menstimulasi peregangan saluran GI. Agen ini sering kali digunakan untuk
mengatasi mual yang ringan.
Antiemetik yang bekerja secara sentral
terbagi atas beberapa kelompok: fenootiazin, nonfenotiazin, penyekat reseptor
serotonin (5-HT3), antikolinergik/antihistamin, dan kelompok yang
bermacam-macam. Dua jenis fenotiazin yang
umum digunakan adalah proklorperazin (compazine) dan prometazin (phenergan)
keduanya memiliki awitan yang cepat dan efek merugikan yang terbatas.
Agen lainnya adalah dronabinol
(marinol), yang mengandung bahan aktif kanabis (mariyuana), hidroksizin
(generik) yang dapat menekan area kortikol pada SSP dan trimetobenzamid
(tigan), ini serupa dengan antihistamin dan tidak menimbulkan sedeasi.
Trimetobenzamid sering kasli merupakan obat pilihan dalam kelompok ini karena
tidak dikaitkan dengann sedadi yang berlebihan dan sepresi SSP. Obat ini
tersedian dalam bentuk oral,parenteral,dan surositoria. Obat ini diabrsorpsi
dengan cepat, di metabolisme dalam hati dan diekskresi melalui urine. Obat ini
menembus plasenta dan menembus ASI, dan digunakan jika manfaatnya lebih besar
pada ibu dari pada resiko potensial pada janin atau neonatus.
Hidroksizin digunakan untuk mual dan
muntah sebelum dan sesudah pelahiran atau pembedahan obsterik. Obat ini
diabsorpsi dengan cepat, dimetabolisme dalam hati dan diekskresi melalui urine.
Obat ini tidak dikaitkan dengan masalah pada janin selama kehamilan dan
diperkirakan tidak masuk ke ASI. Sama
halnya dengan semua jenis obat, kewaspadaan perlu digunakan selama kehamilan
dan laktasi.
Dronabinol disetujui untuk
penatalaksanaan mual dan muntah yang berkaitan dengan kemoterapi kanker jika
pasien tidak berespons terhadap pengobatan lain. Mekanisme kerja obat ini masih
belum diketahui dengan cepat. Obat ini merupakan zat yang dikendalikan kategori
C-III, dan harus digunakan di bawah pengawasan ketat karena adanya kemungkinan
perubahan status mental. Obat ini diabsobsi dengan mudah dan dimetabolisme dalam
hati dengan ekskresi melalui empedu dan urine.
B. Perfenazin (trilafon)
Sediaan
:Tablet.
Kelompok
Obat: Antipsikotik(antiemetik)
Mekanisme
Kerja: Tidak begitu jelas, diduga menghambat reseptor dopamine pada
mesokortikal-mesolimbik otak depan, nigrostriatal, dan sel mamotropi hipofise
anterior.
Indikasi:
Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai depresi,
depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca operasi.
Kontraindikasi:
Wanita hamil dan menyusui, depresi
SSP atau koma, sindrom Reye, anak-anak, MCI. Hati-hati pemberian pada penyakit hati.
Efek
samping: Pandangan kabur, salivasi, hidung tersumbat, sakit kepala,
reaksi ekstrapiramidal, dikinesia tardif.
Interaksi
Obat: Tidak boleh diberikan bersama penghambat MAO karena menimbulkan
hiperpiretik krisis. Epinefrin tidak boleh diberikan bersama karena
mengantagonis obat ini. Simetidin menurunkan metabolism perferazin. Paralitik
ileus dapat terjadi bila digabung dengan obat antikolinergik.
Dosis
Skizofernia:
dewasa: 8-32 mg/hari dosis terbagi.
Antiemetic:
dewasa: oral: 4-6 x 2-4 mg/hari.
IM: 5 mg atau
10 mg
BAB
II
MEKANISME
C. Farmakologi
Perfenazin merupakan
obat anitiemetik yang paling sering diresepkan karena obat ini dapat diberikan
peroral, intramuskular, dan per rektal.
D. Farmakokinetika
Absorpsi
bentuk padat oral dari perfenazin tidak menentu, tetapi bentuk cairnya lebih
stabil dan laju absorpsinya lebih cepat. Presentase peningkatan pada protein
dan waktu paruhnya tidak diketahui. Perfenazin dimetabolisme oleh hati dan
mukosa gastrointestinal dan kebanyakan dari obat diekskresikan ke dalam urine.
E. Farmakodinamik
Perfenazin
menghambat dopamin pada CTZ, sehingga mengurangi perangsangan CTZ pada pusat
muntah. Obat ini juga dipakai sebagai antipsikotik. Mula kerja dari perfenazin
oral bervariasi dari 2 sampai 6 jam, dan lama kerjanya dari 6 sampai 12 jam.
Mula kerja dari perferazin intravena dan intramuskular cepat, dan lama kerjanya
sama dengan preparat oral.
BAB
III
SPESIFIKASI
OBAT
F.
Khasiat
Untuk
Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat,
ansietas yang disertai depresi, depresi karena penyakit organis, antiemetic
terutama pasca operasi.
G.
Kategori
keamanan untuk ibu hamil
Perfenazine
menurut kategori spesifik menurut rute pemberiannya (rute administration atau
ROA) adalah secara per oral. Dan keamanan obat dalam kehamilan masuk kedalam KATEGORI C yaitu studi terhadap binatang
percobaan memperlihatkan adanya efek-efek samping pada janin (teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau
belum ada studi terkontrol pada wanita dan binatang percobaan. Obat hanya boleh
digunakan jika besar manfaat yang diharapkan melebihi besar risiko terhadap
janin.
H.
Efek
Samping
Efek samping antiemetik penotiazin
adalah sedasi sedang, hipotensi gelaja
ekstrapirmidal, yang seperti
perkinsonisme, efek SSP (kegelisahan, kelemahan, reaksi distonik, agitasi), dan
gejala antikoligenik ringan (mulut kering, retensi air kemih,konstipasi).
Karenan dosis obat ini untuk muntah lebih ringan daripada dosis psikosis, maka
efek samping yang ditimbulkan juga tidak seberat bila dipakai untuk psikosis.
I.
Interaksi
Obat dan Interaksi Makanan
Interaksi obat
Perfenazin
berinteraksi dengan banyak obat. Jika perfenazin dipakai bersama alkohol,
anthihipertensi, dan nitrat maka dapat terjadi hipotensi. Dapat pula terjadi
bertambah beratnya depresi susunan saraf pusat (SSP) jika obat ni dipakai
bersama dengan alkohol, narkotik, hipnotik-sedatif, dan anestetik umum. Efek
antikoligenik akan menigkat jika perfenazin dikombinasikan dengan antihistamin,
antikoligenik seperti atripin, dan fenotiazin lainnya. Hasil pemeriksaan laboraturium
dapat menunjukkan penigkatan kadar enzim hati dan jantung, kolesterol dan gula
darah dalam serum.
J.
Dosis
Dosis umum: 8-16 mg/hari PO dalam dosis
terbagi; 5-10 mg IM untuk pengontrolan yang cepat, setiap 6 jam; 5 mg IV dalam
dosis terbagi, secara perlahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Karch, Amy M. 2003. Buku Ajar Farmakologi Keperawatan. Jakarta: EGC
Kee, Joyce L, dan Evelyn R. Hayes.1996. Farmakologi. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar